Aliran-Aliran Agama Shinto


Sumber: https://www.kompasiana.com/weedykoshino/jepang-negara-tak-beragama-tapi-bisa-damai_583b6cf93f23bd720849b380


        Pada masa akhir Tokugawa (1603-1868) dan masa Meiji (1868-1912) muncul kelompok-kelompok agama. Ketika pemerintaj Meiji menjadikan agama Shinto sebuah kultus nasional, maka kelompok-kelompok agama dijadikan dalam sebuah penggolongan baru yang disebut Kyoha Shinto, berarti sekte-sekte agama Shinto. Ada 13 sekte yang masuk dalam penggolongan ini, yaitu:
a)  Kurozumikyo, pendiri Kurozumi Munetada (1780-1850), memperoleh pengakuan sebagai sebuah  sekte agama Shinto tahun 1876.
b)  Shinto Shuseiha, pendiri Nitta Kunniter (1829-1902), memperoleh pengakuan pada bulan Oktober 1876.
c)    Izumo Oyashirokyo, pendiri Senge Takatomi (1845-1917) memperoleh pengakuan tahun 1882.
d)   Fusokyo, pendiri Shissinto Nakaba (1844-1884), mendapat pengakuan pada bulan Mei 1882.
e)    Jikkokyo, pendiri Shibata Hanamori (1809-1890), diakui pemerintah 1882.
f)    Shinto Taisekyo, pendiri Hirayama Shosai (1815-1890), diakui tahun 1882.
g)   Shinshukyo, pendiri Yoshimura Masamochi (1839-1915), diakui tahun 1882.
h)   Onitakekyo, pendiri Shimoyama Osuke (awal pertengahan abad 19), diakui tahun 1882.
i)     Shinto Taikyo, tidak ada pendirinya, diakui pemerintah pada bulan Januari 1886.
j)     Shinrikyo, pendiri Sano Tsunehiko (1834-1906), diakui pada oktober 1894.
k)   Misogikyo, pendiri Inoue (1790-1849), diakui pada Oktober 1894.
l)     Konkokyo, pendiri Kawate Bunjiro (1814-1883), diakui pada bulan Juni 1900.
m) Tenrikyo, pendiri Nakayama Miki (1798-1887), diakui tahun 1908.[1]

Memasukkan mereka kedalam sekte-sekte agama Shinto sebenarnya juga kurang begitu tepat sebab di dalam ajaran sekte-sekte tersebut banyak unsur-unsur ajaran yang berasal dari agama lain. Tetapi pemerintah tidak ingin membiarkan sekte sekte tersebut lepas dari pengawasannya dan bermaksud meengatur kegiatan-kegiatannya. Oleh karena itu pemerintah mengaharuskan meraka bergabung dalam satu kelompok aagar dapat diakui sebagai suatu aliran agama. Penggolongan tersebut tetap berlaku hingga sekarang. Beberapa tahun menjelang pecahnya perang dunia kedua mereka menyatakan bahwa pengikut meeka seluruhnya berjumlah 17.000.000 orang. Tetapi menurut perhitungan pemerintah pada tahun 1943 jumlah pengikut mereka secara keseluruhaan hanya  10.000.000 orang perhtungan pemerintah ini diperkuat oleh angka-angka yang layak dipercaya dan diperoleh dari kantor-kantor pusat mereka.[2]
Sekte-sekte tersebut memiliki corak umum yang sama, yaitu:
a)    Ajarannya bersifat eklektis dan sinkristis, mengambil dan memadukan berbagai agama lain.
b)   Pengajarannya  mempunyai warna magis yang kuat.
c)    Pandangan serba duniawi dan sedikit sekali memberikan tekanan pada kehidupan sesudah mati.
d)   Mempercayakan sepenuhnya pada usaha masyarakat awam dalam mencari pengikut baru.
e) Semuanya, kecuali sekte Shinto Taikyo, didirikan oleh orang yang memiliki kharisma kuat, baik menyatakan diri dirasuki kami atau manusia biasa yang mengetahui kebenaran.
f)    Dewa atau kami yang dipuja sama dengan Shinto tradisional, yaitu Izanagi, Izanami dan Amaterasu-Omi-kami, hanya di tambahkan lagi dengan dewa-dewa menurut keinginan mereka.[3]

Sekte-sekte yang tergabung dalam Kyoha Shinto tersebut dapat dibeda-bedakan dengan berbagai macam cara. Kawawata Yuiken, satf ahli pada Seksi Urusan Agama Pendidikan membaginya menjadi iga, yaitu:
a)  Sekte-sekte tradisional, yakni sekte-sekte Shinto Taikyo, Izumo Oyashirokyo, Shinto Shuseiha,  Shinto Taiseikyo, Shinsukyo, dan sekte Shinrikyo.
b)     Sekte-sekte yang memuja gunung, yaitu sekte Onitatekyo, sekte Fusukyo, dan sekte Jikkokyo.
c) Sekte-sekte yang didasarkan atas wahyu, yaitu sekte Kurozumikyo, sekte Konkokyo, sekte   Misigikyo, dan sekte Tenrikyo.[4]

Dalam uraian buku ini akan diikuti pembagian yang diberikan oleh Komite Shinto untuk Kongres Internasional IX Sejarah Agama dan oleh William K. Bruce seperti yang telah dikemukakan dalam pendahuluan buku ini yaitu:
a)    Sekte-sekte Agama Shinto  Asli; terdiri dari tiga sekte, yaitu sekte Shinto Taikyo, sekte Shinrikyo, dan sekte Shinto Taishakyo.
b)   Sekte Konfusianis, yakni sekte-sekte yang banyak terpengaruh oleh ajaran Konfusius, yaitu sekte    Shinto Shuseiha dan sekte Shinto Taisekyo.
c)     Sekte Pemuja Gunung, yakni sekte Jikkokyo, sekte Fusokyo, dan sekte Onitakekyo.
d)  Sekte Pensucian, yaitu sekte-sekte yang memberikan tekanan utama terhadap upacara-upacara  pensucian; terdiri dari sekte Shinsukyo dan sekte Misogikyo.
e)   Sekte Kalangan Petani, yaitu sekte-sekte yang berasal dari kalangan petani, yakni sekte Kurozumikyo, sekte Konkokyo, dan sekte Tenrikyo. Sekte-sekte ini sering pula disebut dengan Sekete Penyembuhan karena ajaran penyembuhan sangat menonjol di dlamnya..[5]

Sesudah perang dunia ke II berakhir berbagai kelompok sekte baru banyak bermunculan dari dalam lingkungan ketigabelas sekte tersebut. Di satu pihak hal ini disebabkan oleh adanya jaminan hak kemerdekaan beragama yang tegas dan jelas sesudah berakhirnya perang; dan di lain pihak karena adanya keinginan untuk melepasakan diri dari sekte induk sebab adanya perasaan bahwa kelompok induk mereka menekan dan mengekang kebebasan mereka, ataupun karena adanya perbedaan-perbedaan mendasar dari antara sekte-sekte baru tersebut dengan induk-induk mereka; dan di lain pihak lagi karena keyakinan bahwa independensi lebih tepat dan baik sesuai dengan semangat zaman waktu itu.[6]

Sekte-sekte tersebut dapat dibedakan menjadi 5 macam kategori sebagai berikut:
a. Kelompok monotheitis; yang mengajarkan percaya adanya satu dewa; memelihara dan mengembangkan moral bermasyarakat; mencintai tetangga dan menciptakan kesejahteraan dan ketetntraman umat manusia. Sekte yang paling utama adalah sekte Minsei-kyo.
b.    Kelompok Henotheitis; mempercayai banyak dewa juga menyatakan dewa matahari sebagai sumber  dari segala gejala alam. Tujuan utamanya mempersatukan semua agama dan peradaban dunia melalui  pemujaan terhadap matahari. Sekte-sektenya adalah: sekte Yamato, Nichiren Kyosa, Tensho-kyo    Hombu, Sugawara Kyodan, dan sekte Nikko Honkyo.
c.    Kelompok Shinto Polytheitis; menganggap penting dan memuja seluruh dewa dalam agama Shinto.    Sekte-sektenya adalah: Shimboku-kyo, Hinomoto Kyodan, Sumera-kyo dan Sumera-kuyo Honin.
d.   Kelompok Messianis; mrngajarkan bahwa para dewa membimbing dan memberi petunjuk melalu    wahyu yang diberikan kepada pendiri sekte Jiu-Kyo dan Kotai Jingu-kyo.
e.    Kelompok yang terpengaruh Cina; memperlihatkan pengarun Konfusianisme dan Taoisme, yang           mengajarkan tentang ‘jalan langit’, yang didasarkan pada lima prinsip: kebajikan, keadilan, keramah     tamahan, pengetahuan dan kejujuran.[7]

Selain itu ada juga Kokka Shinto, kelompok agama Shinto yang menunjukkan sistem kepercayaan dan peribadatan agama Shinto sebagai agama negara. Ada empat faham yang tergabung dalam kelompok ini: (1) Kokutai Shinto (Tennoisme), mengajarkan kepercayaan bahwa kaisar Jepang adalah penjelmaan dari Dewa Matahari; (2) Khositu Shinto, merupakan kepercayaan dan peribadatan agama Shinto yang dilakukan dalam lingkungan keluarga kekaisaran Jepang; (3) Shinto Lingkungan Keluarga, upacara-upacara keagamaan yang diselenggarakan dalam lingkungan keluarga Shinto pada umumnya berhubungan dengan ulang tahun kematian sanak keluarga dan leluhur; (4) Jinja Shinto, awalnya sebagai organisai penggabungan tempat-tempat suci, selanjutnya menjadi agama dengan corak khas masing-masing tempat suci.[8]




[1] Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor , h. 55-56
[2] Djam’annuri, Agama Jepang, h. 95
[3] Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor , h. 56
[4] Djam’annuri, Agama Jepang , h. 96
[5] Djam’annuri, Agama Jepang , h. 96
[6] Djam’annuri, Agama Jepang, h. 55
[7] Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor , h. 56-57
[8] Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, h. 57
Aliran-Aliran Agama Shinto Aliran-Aliran Agama Shinto Reviewed by Kelompok 7 on November 21, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar