Kitab-Kitab Suci Agama Shinto
Sumber: http://www.wikiwand.com/en/Nihon_Shoki |
Kitab suci tertua dalam agama Shinto ada dua buah, disusun sepuluh
abad sepeninggal jimmu tenno (660 SM), kaisar jepang pertama, dan dua buah lagi
disusun pada masa belakangan. Keempat kitab ini yaitu:
1. Kojiki: catatn
peristiwa purbakala,disusun pada tahun 712 M, setelah Kekaisaran Jepang
berkedudukan di Nara. Ibu kota Nara dibangun pada tahun 710 M meniru ibu
kota Changan di Tiongkok.
2. Nihonji, riwayat
jepang,disusun pada tahun 720 M oleh penulis yang sama dengan dibantu sang
pangeran di istana.
3. Yengishiki: berbgai
lembaga pada masa yengi,disusun pada abad ke 10 M terdiri atas 50 bab.
Sepuluh pertama berisikan ulasan kisah-kisah purbakala yang bersifat kultus,
dilanjutkan dengan peristiwa selanjutnya sampai abad ke- 10 M. inti isinya ia
mencatat 25 buah Norito, yakni doa-doa pujian yang sangat panjang pada
berbagai macam upacara keagamaan.
4. Manyosihu:himpunan
sepuluh ribu daun.berisikan bunga rampai terdiri dari 4496 buah sajak,
disusun antara abad ke-5 dan abad ke-8 masehi.[1]
Kitab
Kojiki dan Nihonji menguraikan tentang
abad para dewa sampai kepada Amaterasu Omi Kami (Dewa Matahari) dan Tsukiyomi
(Dewa Bulan) yang diangkat menguasai langit dan putranya Jimmu Tenno yang
diangkat untuk menguasai tanah yang subur (bumi Jepang) lalu disusul dengan
silsilah keturunan Kaisar Jepang serta upaya keagamaan dan pemujaan terhadap
Kaisar beserta para dewa dan dewinya. Tema pokok uraian dalam kedua kitab ini
berkisar pada cerita Dewa matahari dan keturunannya yang telah memerintahkan
dan mempersatukan Jepang berupa tiga benda suci; cermin, pedang, dan permata
yang merupakan pemberian Dewa Matahari kepada cucunya, Ninigi-Mikoto, ayah dari
Jimmu Tenno, Kaisar Jepang Pertama. Jadi, kedua kitab tersebut menggambarkan
dua buah pemikiran keagamaan yang sangat penting: pertama asal-usul kedewaan
atau semi dewa, Jepang dan rakyatnya; kedua, perkembangbiakan Kami yang berkaitan
dengan negeri dan orang-orang Jepang.[2]
Di dalam kata
pendahuluan Kokiji itu penulisnya menyatakan bahwa dia seorang bagsawan tingkat
lima di Istana, yang menerima perintah Kaisar umtuk menyusun silsilah para
kaisar beserta riwayat hidupnya. Dia menuliskannya berdasarkan kisah turun
temurun yang dihafalkan dan dinyanyikan Reciter, yakni pihak penyanyi
bercerita. Kitab yang kedua itu bersifat komentar yang paanjang lebar atas
kitab pertama itu.[3]
Buat pertama
kalinya di dalam sejarah Jepaang yang sudah puluhan abad lamanya bahwa seorang
sarjana Jepang pada tahun 1893 M, yakni Prof. Kume dari Imperial University di
Tokyo, berani mengemukakan kritiknya dan menolak banyak peristiwa dalam kitab
kedua kitab itu untuk dinyatakan “peristiwa-sejarah” karena tidak dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Atas pendiriannya itu, yang dipandang
merendahkan kepercayaan yang hidup dalam agama Shinto, ia pun dipecat dari
jabatannya.[4]
Kitab
Yengishiki dan Manyoshiu, berisikan doa-doa keagamaan, kisah-kisah legendaris,
nyanyian-nyanyian kepahlawanan, beserta sajak-sajak tentang asal-usul kedewaan,
asal-usul kepulauan Jepang dan kerajaan Jepang. Ragam hal-hal kisah yang
berkaitan tentang kehidupan para dewa dan para dewi dalam kayangan di langit.
Catatan peristiwa pada masa-masa terakhir barulah dilanjutkan dengan kisah
sejarah.[5]
Kitab-Kitab Suci Agama Shinto
Reviewed by Kelompok 7
on
November 21, 2017
Rating:
Panggul
BalasHapus